Ritual Untuk Mengirim Pasukan Pemburu Kepala
Ritual Moggongok : Ritual Untuk Mengirim Pasukan Pangayou (Headhunters).
Beberapa suku kaum Dusun yang mengamalkan budaya headhunting memiliki banyak ritual berkaitan headhunting, termasuklah beberapa ritual untuk mengirim pasukan mereka melakukan kegiatan “Mangayou” ke suatu tempat, salah satunya dinamakan ritual “Mogonggok”. Ritus ritual ini dijalankan sehari sebelum pasukan-pasukan “pangayou” dikirim untuk menyerang perkampungan musuh. Ritual ini tujuannya untuk menyiapkan pasukan di samping itu semacam “serangan spiritual” kepada kampung yang akan diserang. Zaman dahulu, setiap kampung memiliki kekuatan ghaib (tingolig) yang menjaga mereka, maka untuk menjamin keberhasilan, mereka terlebih dahulu menyerang secara spiritual sebelum secara fizikal.
Jadi sehari sebelum pasukan pangayou dikirim, Bobolian akan mengadakan ritual “Moggongok” dengan mengumpulkan kesemua pasukan perang untuk berdiri di sebuah papan setinggi 3.16 kaki, sementara itu Bobolian melakukan ritual memanggil “lumaag” (roh syurgawi kaum lelaki) dari semua lelaki di kampung yang akan mereka serang. Ritual memanggil lumaag ini dipanggil “Paganggakan”. Kemudian Bobolian akan memanggil raja iblis yang dipanggil “Rogon Magagawang Gayoh Nakan”, yang terjemahan bebasnya bererti : “Iblis Pengintai Sang Pelahap”. Iblis ini yang akan memakan darah dari setiap musuh yang terkorban dalam serangan nanti. Bobolian menyuruh Iblis jenis ini untuk pergi ke kampung yang akan diserang dan membawa setiap lumaag dari kampung itu di hadapan semua pangayou yang berdiri di kayu setinggi 3.16 kaki tersebut.
Si Raja Iblis ini akan pergi ke kampung yang akan diserang dan cuba menggoda lumaag-lumaag kampung tersebut supaya mengikutinya dengan cara penipuan. Ada banyak cara Iblis ini menggoda lumaag-lumaag, salah satunya adalah melalui wanita cantik. Jadi si Rogon Magagawang Gayoh Nakan ini akan berkata kepada lumaag-lumaag tersebut bahwa dia memiliki wanita cantik untuk mereka nikahi. Lumaag-lumaag yang paling lemah secara spiritual akan tergoda dengan ajakan si Rogon Magagawang ini lalu mengikutinya. Dengan bermacam tipu helah, si Rogon membawa lumaag-lumaag ini ke papan setinggi 3.16 kaki di kampung yang akan menyerang dan mengubah papan itu menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Kemudian si Rogon Magagawang menyuruh lumaag-lumaag itu berdiri tepat di papan kayu setinggi 3.16 kaki tersebut untuk menunggu, kemudian memberikan mereka sirih untuk mereka bersirih.
Ketika lumaag-lumaag yang sudah tertipu ini mula memakan sirih, Bobolian akan berlari dan memerintahkan kesemua pangayou yang akan pergi berperang untuk menjauhi beberapa meter dari papan kayu setinggi 3.16 kaki tersebut. Pada saat ini, papan tersebut akan bergoyang-goyang sendiri seolah-olah ada orang yang sedang bersandar di sana. Di sinilah Bobolian akan berteriak kepada para pangayou, “kobujang, tanduso!!!”, ertinya, “wahai pahlawan muda, lontarkan lembing kalian!!!”. Maka semua pangayou-pangayou muda tersebut akan melemparkan lembing mereka ke papan tersebut. Lelaki yang pertama melempar lembing dan lembingnya mengenai papan tersebut akan berhasil mendapat kepala ketika mereka melancarkan serangan nanti.
Setelah ritual tersebut selesai, Bobolian akan menyuruh para pangayou tersebut pergi mencari “kopioh” sebagai azimat keberhasilan dalam perang berupa “lontugi” dan burung “lokiu” sebagai azimat mereka. Mereka yang berjaya memperolah “kopioh”, 100% pasti akan memperoleh kepala ketika perang nanti. Mereka yang tidak dapat “kopioh” tidak akan mendapat kepala di dalam aktiviti mangayou nanti. Setelah itu, barulah pasukan pangayou ini pergi menyerang kampung musuh, sementara itu Rogon Magagawang Gayoh Nakan akan mengikuti pasukan pangayou ini dan meminum darah setiap musuh yang berjaya dibunuh oleh pasukan pangayou tersebut.
Sementara pasukan-pasukan pangayou ini pergi menyerang musuh, orang-orang di rumah setiap pangayou harus berpantang, di mana mereka harus tidur dengan tangan dan kaki lurus. Jikalau mereka melanggar pantang ini, musuh akan mengejar pasukan pangayou mereka dan pangayou dr keluarga mereka akan terbunuh oleh musuh yang mengejar. Jikalau kampung tersebut ingin mendapat kepala wanita, ritual yang sama dilakukan tapi tidak memanggil para “lumaag” kampung yg akan diserang, tetapi memanggil “diwato” kampung yg akan diserang, iaitu roh syurgawi kaum wanita. Setelah pasukan headhunting kembali, ritual pasca-mangayou akan dilaksanakan. Ritual ini akan admin jelaskan dalam posting seterusnya.
Kredit: By Dusunology, 13 Julai 2019.
_________________
Head-hunting rites, Evans, 1953, pg. 307-308.